PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik Demokratik Timor Leste (juga
disebut Timor Lorosa’e) adalah
sebuah negara di Asia Tenggara. Terletak di sebelah utara Australia dan di
bagian timur pulau Timor. Selain itu wilayah negara ini juga meliputi pulau
Kambing atau Atauro, Jaco, dan enklave Oecussi-Ambeno di Timor Barat. Luas
negara Timor Leste adalah sekitar 15,410 km2 (5,400 sq mi).
Timor Leste pernah dijajah Portugis
pada abad ke 16 dan dikenal sebagai Timor Portugis sampai Portugis melepas
negara ini. Pada tahun 1975, Timor Leste memproklamasikan kemerdekaannya,
tetapi Indonesia menjadikan wilayah Timor Leste ini sebagai provinsi ke-27
dengan nama Timor Timur. Setelah referendum yang diadakan pada tanggal 30
Agustus1999, di bawah perjanjian yang disponsori oleh PBB antara Indonesia dan
Portugal, mayoritas penduduk Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia. Timor
Timur menjadi negara berdaulat pertama pada abad ke-21 yaitu pada tanggal 20
Mei 2002. Ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama
Portugis "Timor Leste" sebagai nama resmi negara mereka. Timor Leste
menjadi salah satu dari dua negara yang didominasi oleh umat Katolik Roma di
Asia Timur setelah Filipina.
2.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah latar belakang
terjadinya negara Timur Leste?
2. Kerajaan –Kerajaan apa saja yang ada
di Timur Leste?
3. Siapa saja raja – raja yang pernah
memerintah di kerajaan Amanatum?
4. Bagaimanakah pembagian sistem
administratif yang ada di negara Timur Leste?
2.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui latarbekang terbentuknya
negara Timur Leste
2. Untuk mengetahui kerajaan – kerajaan
apa saja yang ada di negara Timur Leste
3. Untuk mengetahui silsilah raja –raja
yang pernah memerintah Kerajaan Amanatum
4. Untuk mengetahui pembagian sistem
administratif di negara Timur Leste
2.4. Manfaat
1. Untuk
meningkatkan hasil belajar Mahasiswa secara maksimal khususnya pada Mata Kuliah
Sejarah Asia Tenggara I.
2. Untuk memberikan pengetahuan
sekaligus agar menjadi pelajaran yang bisa di terapkan dalam kehidupan sehari –
hari.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Timur Leste
Republik Demokratik Timor Leste (juga disebut Timor
Lorosa'e), yang sebelum merdeka bernama Timor Timur, adalah sebuah negara kecil
di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor. Selain itu wilayah
negara ini juga meliputi pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan enklave
Oecussi-Ambeno di Timor Barat. Timor Leste dulu adalah salah satu provinsi di
Indonesia, Timor Leste secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002.
Sebelumnya bernama Provinsi Timor Timur, ketika menjadi anggota PBB, mereka
memutuskan untuk memakai nama Portugis "Timor Leste" sebagai nama
resmi negara mereka.
abad ke-16 :
Kedatangan kaum Portugis
1902 : Pembagian Timor antara kaum Portugis dan
Belanda secara definitive
1975 : Timor Portugis ditelantarkan Portugal yang
dilanda Revolusi Anyelir
1976 : Bergabung dengan Indonesia, menjadi
Provinsi Timor Timur
1976 - 1980: Perang saudara; konon sekitar 100.000 - 250.000 orang tewas
1991: Insiden Santa Cruz
1999: Referendum pemisahan diri Timor Timur diizinkan presiden B. J. Habibie
1999: Kerusuhan besar-besaran antara pro- dan anti-kemerdekaan dan pengungsian warga Timor Timur
2002: Terbentuknya negara Timor Leste
2006: Sepertiga mantan tentara nasional Timor Leste memberontak menuntut keadilan; pecah konflik antara pihak polisi yang mendukung pemerintah dengan pihak militer.
1976 - 1980: Perang saudara; konon sekitar 100.000 - 250.000 orang tewas
1991: Insiden Santa Cruz
1999: Referendum pemisahan diri Timor Timur diizinkan presiden B. J. Habibie
1999: Kerusuhan besar-besaran antara pro- dan anti-kemerdekaan dan pengungsian warga Timor Timur
2002: Terbentuknya negara Timor Leste
2006: Sepertiga mantan tentara nasional Timor Leste memberontak menuntut keadilan; pecah konflik antara pihak polisi yang mendukung pemerintah dengan pihak militer.
Ø
Geografi Timor Leste
Timor Leste berlokasi
di Asia Tenggara, pulau Timor merupakan bagian dari wilayah Maritim Asia
Tenggara, dan merupakan kawasan paling timur di Kepulauan Sunda Kecil. Letak geografis Timor Leste adalah: Di
sebelah utara terdapat Selat Ombai, Selat Wetar, dan Laut Banda. Di sebelah
selatan terdapat Laut Timor dan Australia. Di sebelah barat terdapat Provinsi
Nusa Tenggara Timur yang merupakan bagian dari Indonesia. Di sebelah timur
terdapat Taman Nasional Nino Konis Santana yang berupa hutan tropis kering.
Disana terdapat beberapa spesies tumbuhan dan hewan unik.
Kebanyakan wilayah
Timor Leste berupa pegunungan dan gunung tertinggi di Timor Leste adalah Gunung
Tatamailau yang dikenal sebagai Gunung Ramelau dengan ketinggian 2.963 meter.
Timor Leste beriklim tropis dan umumnya panas dan lembab. Terdapat dua musim
yaitu musim panas dan musim hujan. Ibukotanya, kota terbesar, dan pelabuhan
utama adalah Dulu, dan kota terbesar kedua adalah Baucau. Letak astronomis Timor Leste adalah
antara 8o LS-10o LS dan 124o BT-128o
BT.
2.2. Kerajaan-Kerajaan
Yang Ada di Timor Leste
2.2.1
Kerajaan Amanatun
Kerajaan Amanatun (Onam) adalah salah satu peradaban tertua
yang ada di Timor Tengah Selatan. Pada masa pendudukan kolonial Belanda, Timor
Tengah Selatan dikenal dengan nama Zuid Midden Timor hingga pada akhirnya
diganti dengan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menjadi provinsi setelah negara
Republik Indonesia resmi berdiri. Selain Amanatun, dua kerajaan besar di Timor
adalah Kerajaan Belu dan Kerajaan Mollo.
Nama “Amanatun” berasal dari kata “Ama” dan “Mnatu”, yang
berarti “Bapak” dan “Emas”. Sedangkan penyebutannya sebagai nama kerajaan
disebabkan karena Raja Tnai Pah Banunaek senang mengenakan busana dan perhiasan
dari emas. Kerajaan yang beribukota di Nunkolo ini merupakan kerajaan yang
terletak paling selatan di wilayah Timor Tengah Selatan. Mulanya, Kerajaan
Amanatun hanya meliputi wilayah-wilayah kecil, termasuk Noebone dan Noebanu, atau
yang dulu disebut juga sebagai wilayah Anas. Anas merupakan sebuah wilayah di
bawah kuasa Dinasti Nesnay. Berdasarkan Gouvernement Besluit (Keputusan
Pemerintah Hindia Belanda) No. 2 Tahun 1913, Anas bergabung dengan wilayah
Timor Tengah Selatan dan menjadi distrik dari Kerajaan Amanatun.
Riwayat Kepulauan
Timor, yang sudah tersurat sejak tahun 1350, serta menggambarkan hubungan para
penguasa Timor dengan bangsa-bangsa Eropa, yakni Portugis dan Belanda.
Diceritakan, pada 11 November 1749, Belanda dan Portugis terlibat perebutan
tanah jajahan di Timor, konflik ini dikenal sebagai Perang Penfui. Kerajaan
Amantun berdiri di belakang Portugis karena tidak setuju dengan rencana Belanda
yang ingin membagi wilayah Timor meski pada akhirnya Kerajaan Amanatun jatuh
juga ke tangan Belanda yang berhasil mengalahkan Portugis.
Upaya penyatuan beberapa kerajaan yang ada di wilayah Timur
Tengah Selatan dalam suatu wilayah administratif mulai tampak sejak dekade
kedua abad ke-20. Pada 1920, Kota Soe ditetapkan menjadi ibukota Zuid Midden
Timor atas kesepakatan bersama dari ketiga raja yang berkuasa di sana, yaitu
Raja Lay Akun Oematan (Kerajaan Molo), Raja Pae Nope (Kerajaan Amanuban), dan
Raja Kolo Banunaek (Kerajaan Amanatun).
Meski selalu berada di bawah penindasan kolonial, beberapa
kali Kerajaan Amanatun melakukan perlawanan terhadap penjajah. Raja Muti
Banunaek II yang memerintah pada kurun 1900-1915 pernah diasingkan ke Ende,
Flores, pada 1915, karena tidak mau takluk kepada pemerintah kolonial Hindia
Belanda. Sang raja yang pemberani ini tinggal di tanah pembuangan hingga akhir
hayatnya, wafat pada 1918. Setelah Indonesia merdeka, Kerajaan Amanatun bersama
Kerajaan Molo dan Kerajaan Amanuban membentuk Kabupaten Timor Tengah Selatan
dengan ibu kota Soe, yang sekarang termasuk ke dalam wilayah provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT).
Adapun raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Amanatun
adalah sebagai berikut: Tnai Pah Banunaek, Tsu Pah Banunaek, Nopu Banunaek,
Bnao Banunaek I, Nifu Banunaek, Kili Banunaek, Bnao Banunaek II, Nono Luan
Banunaek, Bnao Banunaek III, Bnao Banunaek IV, Bab’i Banunaek, Bnao Banunaek V
(Bnao Nunkolo), Kusat Muti (Muti Banunaek I), Loit Banunaek, Muti Banunaek II,
Kusa Banunaek, Kolo Banunaek (Abraham Zacharias Banunaek), serta Lodoweyk Lourens
Don Louis Banunaek (Raja Laka Banunaek). Profil dan riwayat singkat
masing-masing raja Amanatun ini disajikan dengan cukup gamblang oleh penulis.
Sistem pemerintahan Kerajaan Amanatun sering berganti-ganti
seiring perubahan zaman dan kondisi politik. Kerajaan Amanatun seringkali
terpaksa mengikuti kebijakan pemerintah kolonial, dari Portugis, Belanda,
hingga pada zaman pendudukan Jepang. Ketika Negara Republik Indonesia terbentuk
pun Kerajaan Amanatun kemudian melebur dan menjadi bagian dari negara kesatuan
tersebut, kendati tidak lagi berupa kerajaan yang semi-otonom. Setelah menjadi
bagian NKRI, pusat pemerintahan Amanatun dipindahkan ke Kota Oinlasi dan hingga
kini menjadi ibukota Kecamatan Amanatun Selatan. Bentuk pemerintahannya pun
berubah menjadi daerah swapraja. Raja Laka Banunaek menjadi Kepala Daerah
Swapraja Amanatun pertama. Jika di tengah-tengah pemerintahan sang raja
meninggal dunia, maka sebagai penggatinya diangkatlah seorang Wakil Kepala
Daerah Swapraja dari keturunan bangsawan.
Pemimpin Kerajaan Amanatun bersama dengan raja-raja lainnya
yang tergabung di dalam Dewan Raja-Raja ikut berperan penting dalam pembentukan
Provinsi NTT di mana sebelumnya wilayah ini termasuk ke dalam Provinsi Sunda
Kecil. Pemerintah Indonesia sendiri yang kala itu masih berbentuk Republik
Indonesia Serikat (RIS) telah menguatkan berdirinya NTT dengan beberapa
perkembangan kebijakan. Terakhir, melalui UU No. 69 Tahun 1958, terbentuklah
daerah Swatantra Tingkat II di Nusa Tenggara Timur dengan 12 Kabupaten.
Sementara itu, tentang kelompok suku yang paling dominan
dalam struktur sosial masyarakat Amanatun, buku ini menyebutkan nama Suku
Missa, selain suku-suku lain yang lebih kecil jumlahnya seperti Suku Tkesnai,
Suku Amafnya, Suku Nai Usu, dan lain-lainnya. Populasi penduduk Kerajaan
Amanatun relatif tinggi. Tahun 1870, misalnya, tercatat jumlah penduduk
Kerajaan Amanatun sudah melebihi angka 12.000 jiwa.
Kepercayaan masyarakat lokal. Sebelum masuknya agama Nasrani
yang dibawa Portugis, penduduk Timor, termasuk warga Amanatun, masih menganut
suatu kepercayaan atas Dewa Langit (Uis Neno) yang dinggap sebagai pencipta
alam dan pemelihara kehidupan di dunia. Sejumlah ritual upacara yang ditujukan
kepada Uis Neno dimaksudkan untuk meminta hujan, sinar matahari, mendapatkan keturunan,
kesehatan, dan kesejahteraan.
Orang Timor
juga percaya kepada Dewa Bumi alias Uis Afu, juga sering disebut sebagai Dewi
Uis Neo. Upacara yang ditujukan kepada Dewi Uis Neo adalah meminta berkah bagi
kesuburan tanah yang sedang ditanami. Di samping itu, masyarakat Amanatun juga
mempercayai adanya makhluk-makhluk gaib yang mendiami tempat-tempat tertentu,
seperti di hutan, mata air, sungai, dan pohon yang dianggap angker.
Ritual-ritual untuk menyucikan makhluk-makhluk gaib itu sering dilakukan dengan
dipimpin oleh pejabat desa sekaligus pemuka adat. Selain itu, roh-roh nenek
moyang yang dianggap mempunyai pengaruh yang luas kepada jalan hidup manusia,
juga disucikan oleh warga adat Amanatun. Berbagai malapetaka yang datang
dinilai sebagai tindakan atau peringatan dari arwah leluhur terhadap mereka
yang telah lalai dan berbuat jahat. Meskipun agama Kristen yang dibawa Portugis
pada akhirnya secara formal telah diterima dan dipeluk oleh sebagian besar dari
penduduk Timor, namun sebagian besar dari mereka masih percaya akan adanya
dewa-dewa, makhluk-makhluk halus, roh nenek moyang, dan percaya akan ilmu
sihir.
Ø Silsilah Raja-Raja
Berikut nama
raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Amanatun:
1. Raja Tnai Pah
Banunaek
2. Raja Tsu Pah
Banunaek
3. Raja Nopu
Banunaek
4. Raja Bnao
Banunaek I
5. Raja Nifu
Banunaek
6. Raja Kili
Banunaek
7. Raja Bnao
Banunaek II
8. Raja Nono
Luan Banunaek
9. Raja Bnao
Banunaek III
10. Raja Bnao
Banunaek IV
11. Raja Bab‘i
Banunaek
12. Raja Bnao
Banunaek V atau Raja Bnao Nunkolo (1766)
13. Raja Kusat
Muti atau Raja Muti Banunaek I (1832)
14. Raja Loit
Banunaek (1899)
15. Raja Muti
Banunaek II (1900-1915)
16. Raja Kusa
Banunaek (1916-1919)
17. Raja Kolo
Banunaek atau Raja Abraham Zacharias Banunaek (1920-1946)
18. Raja
Lodoweyk Lourens Don Louis Banunaek atau Raja Laka Banunaek (1946-1965) .
Sistem
pemerintahan yang berlaku di Kerajaan Amanatun tidaklah kekal, sering
berganti-ganti seiring perubahan zaman dan kondisi perpolitikan . Kerajaan
Amanatun sudah mempunyai sistem pemerintahan yang teratur dan sistematis,
seperti pembagian wilayah administratif yang menurun dari raja hingga ke
pemerintahan tingkat desa. Ada beberapa kontrak politik yang pernah
ditandatangani oleh raja-raja Amanatun dengan pemerintah Hindia Belanda kendati
banyak di antaranya yang berlangsung alot dalam memperoleh kesepakatan. Kontrak
politik atau korte veklaring antara Kerajaan Amanatun dan pemerintah kolonial
Hindia Belanda tersebut antara lain:
- Korte veklaring tertanggal 27 Juli 1908, ditandatangani oleh Raja Muti Banunaek pada 14 april 1909.
- Korte veklaring tertanggal 22 Agustus 1910, ditandatangani oleh Raja Muti Banunaek pada 14 Juni 1913.
- Korte veklaring tertanggal 30 September 1916, ditandatangani Raja Kusa Banunaek pada 23 oktober 1917.
- Korte veklaring tertanggal 27 April 1921, ditandatangani oleh Raja Kolo Banunaek pada 21 Februari 1923.
Kontrak-kontrak
politik ini selalu dibuat sesuai dengan kebutuhan pemerintah kolonial Belanda
di mana posisi raja-raja Amanatun selalu di pihak yang lemah dan dirugikan.
Kelompok
suku yang paling dominan di dalam struktur sosial masyarakat Amanatun adalah
suku Missa, selain suku-suku lain yang lebih kecil jumlahnya seperti suku
Tkesnai, suku Amafnya, suku Nai Usu, dan lain-lainnya. Sumber pemasukan
kerajaan adalah dari hasil produksi jagung, cendana, dan lilin, Sebelum agama
Nasrani yang dibawa orang-orang/misionaris Portugis disebarkan, penduduk Timor,
termasuk warga Kerajaan Amanatun, masih berkeyakinan kepada suatu kepercayaan
akan adanya Dewa Langit atau Uis Neno yang dinggap sebagai pencipta alam
dan pemelihara kehidupan di dunia.
2.2.2
Kerajaan Wehali
Sejak tahun 1260 telah berdiri
kerajaan Wehali, kerajaan ini berdiri seabad sebelum zaman keemasan Majapahit.
Kerajaan ini merupakan kerajaan pribumi satu-satunya yang lolos dari pengaruh
kerajaaan-kerajaan Hindu-Budha yang sudah bertebaran di Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan.
Sebelum kedatangan bangsa-bangsa
Eropa di Timor, sudah tersusun suatu struktur masyarakat dan tata kekuasaan
pemerintahan dari kerajaan Wehali maupun kerajaan-kerajaan lainnya. System dan
tata pemerintahan di kerajaan Wehali, pimpinan tertinggi adalah Maromak Oan
yaitu sebagai pemimpin tertinggi baik masalah duniawi maupun masalah religius.
Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh para Loro, dan Loro dibantu
oleh Nai.
Di kerajaan Wehali pernah terjadi
perang antara Wewiku dan Wehali, juga antara Liura Likuisaen dengan Wehali dan
dapat dikalahkan oleh kerajaan Wehali. Kemudian keadaan di kerajaan Wehali
dapat dipulihkan kembali, dan Wehali berkuasa hingga kedatangan bangsa-bangsa
Eropa di Timor. Kerajaan Wehali telah mempersatukan berbagai kerajaan kecil di
Pulau Timor, seperti kerajaan Rote, kerajaan Soe, kerajaan Belu, kerajaan
Amarasi, kerajaan Amanuban, kerajaan Bonoboro, kerajaan Lautem, dan lain-lain
di sekitar pulau Timor.
Menurut sejarah versi Kolonial
Belanda maupun menurut versi pengarung lautan dari Majapahit yang dimuat dalam
naskah-naskah Negarakertagama semasa Hayam Wuruk, kerajaan Wehali di Timor
sudah eksis. Kerajaan itu kaya akan kayu cendana, minyak wangi cendana, kuda
dan rempah-rempah.
Kekalahan armada Portugis di Makasar
yang dihancurkan Belanda. Dan perjanjian Gowa tahun 1661 tentang hukuman
Belanda kepada Portugis, hanya boleh berdagang di Timor bagian timur saja.
Begitu pula Belanda menghukum Portugis supaya orang-orang Portugal yang sudah
bercampur dengan penduduk asli Flores timur yang dikenal sebagai orang-orang
Tropaz diusir dari Flores dan diharuskan hanya boleh tinggal di wilayah timur
pulau Timor. Perlakuan Belanda terhadap Portugis tidak menggubris kedaulatan
raja Wehali yang berdaulat di seluruh pulau Timor. Kerajaan Wehali mempersatukan
kerajaan kecil di sebagian besar pulau Timor. Dengan adanya perjanjian gowa,
maka Belanda telah mengucilkan Portugis di Nusantara dengan hanya boleh
berdagang kayu cendana, kuda, dan rempah-rempah di bagian timur pulau Timor.
Dalam hal ini Belanda sama sekali tidak melibatkan wewenang dan kedaulatan raja
Wehali, raja orang-orang Timor dari Rote di barat sampai Lautem di timur.
Perjanjian Gowa tersebut sekaligus menghancurkan kedaulatan raja Wehali dan
hapuslah kerajaan itu, akibat hukuman Belanda yang diberikan kepada Portugis.
2.2.3. Kerajaan Luca
Kerajaan Luca
merupakan suatu bentuk kerajaan kecil sebagai hasil penggabungan dari dua buah
kelompok adat yang telah ada sebelumna yaitu, Uma Bot dan Kan Lor. Akan
tetapi dalam perkembangannya kerajaaan Luca berhasil tumbuh dan berkembang
menjadi suatu kerajaan yang besar dan kuat. Lokasi yang dipilih sebagai pusat
pemerintahannya terletak pada daratan Cnua Luca yang berada di dekat sungai
Luca. Daerah tersebut secara administratif sekarang masuk dalam wilayah desa
Luca, kecamatan Viqueque kabupaten Viqueque. Dalam menjalankan roda
pemerintahannya kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja dengan dibantu oleh
beberapa penasehatnya (Pahin liurai). Setelah Portugis menguasai seluruh
daratan Timor bagian timur, maka seperti kerajaan-krajaan lainnya, kerajaan
Luca juga menerima perlakuan yang buruk dari pemerintah Portugis yaitu berupa
berbagai bentuk penekanan (penindasan) dan perlakuan yang semena-mena.
Sebagai
puncak dari perlakuan yang semena-mena tersebut akhirnya ditanggapi oleh rakyat
Luca dengan suatu bentuk pemberontakan yang meletus paa tahun 1779.
Pemberontakan itu sendiri dipimpin langsung oleh rajanya. Dalam hal ini untuk
membangkitkan semangat rakyatnya, maka raja menggunakan taktik dengan
menganggap dirinya sebagai nabi dan ratu adil. Akibat dari taktik ini raja
berhasil mendapat simpati dari rakyatnya. Bahkan raja Luca juga mendapatkan
dukungan yang luas dari raja-raja pribumi setempat yang ada di sekitanya.
Pemberontakan yang dipimpin oleh
raja Luca akhirnya dapat dipadamkan pada tahun 1785. Meskipun pemberontakan
berhasil dipadamkan, tetapi pemerintah Portugis masih tetap menaruh
kekhawatiran terhadap sisa-sisa penguasa kerajaan. Dari sikap ini akhirnya pada
tahun 1908 pemerintah Portugis berusaha untuk melemahkan kekuasaan yang masih
tersisa dengan jalan menurunkan status kerajaan Luca menjadi sebuah
desa.Sisa-sisa kerajaan Luca pada masa sekarang masih terdapat di daerah Cnua
Luca. Lokasinya berada di sebuah bukit yang tidak begitu tinggi. Di sebelah
baratnya terdapat sungai Luca yang mengalir kearah selatan, yaitu kearah pantai
selatan yang jaraknya kira-kira 6 Km dari tempat tersebut.
Kerajaan
Luca tersebut hanya tinggal berupa puing-puing bangunan dan sedikit bekas
benteng atau pagar, tempat ini kemudian dikenal dengan sebutan Padari Rai-Hun.
Masyarakat setempat hingga kini masih tetap mengkeramatkan lokasi sekitar bekas
kerajaan Luca tersebut. Meskipun
kerajaan Luca secara resmi telah dibubarkan oleh pemerintah Portugis, tetapi
sisa-sisa peradabannya sedikit banyak masih tampak dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat desa Luca pada saat ini. Bentuk-bentuk peradaban tersebut misalnya
berupa penghormatan pada para bekas keturunan raja. Selain itu bentuk lain dari
warisan peradaban kerajaan Luca yang masih tampak dalam kehidupan masyarakat
misalnya berupa penggunaan bahasa kiasan dalam berbagai bentuk upacara resmi
yang berkaitan dengan adat.
2.3.
Bentuk
Sosial dan Ekonomi Timor Leste
2.3.1 Bentuk Sosial
masyarakat dan Kebudayaan Timor Leste
Menurut beberapa sumber sejarah dan tradisi adat lisan
yang ada dan terpelihara secara turun-temurun dikatakan bahwa jauh sebelum
kedatangan leluhur para penguasa atau raja-raja Timor, sudah ada penduduk asli
Timor yang dikenal dengan nama suku “Melus” orang Melus ini dikenal dengan
sebutan Emafatuk oan ai oan (manusia penghuni batu dan kayu). Suku ini masih
sangat primitive dan hanya mempergunakan peralatan dari batu dan kayu untuk
mempertahankan hidupnya dari alam sekitar.
Berdasarkan sumber-sumber tulisan dari orang-orang Cina,
Portugis, dan Belanda diungkapkan bahwa leluhur para raja Timor berasal dari
jazirah Malaka (Malaysia) yang datang ke Timor, beberapa abad sebelum
kedatangan bangsa Eropa. Adapun versi lain yang mengatakan bahwa leluhur para
penguasa Timor terdiri dari empat suku dan berasal dari jazirah Malaka, yang
setelah mengalahkan suku asli Melus, akhirnya menguasai seluruh pulau Timor
jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa yang kemudian membagi wilayah ini menjadi
2 yaitu, Timor Portugis dan Timor Belanda. Mereka terdiri dari empat suku yang
dikenal dengan nama “Sina Mutin Malaka” dan mendarat untuk pertama kalinya di
teluk Wetoh (Maubesi) di Belu selatan kabupaten Belu.
Sebelum
bangsa Portugis menemukan daratan Timor, daerah ini telah dihuni oleh kelompok
mayarakat yang beradab. Mereka hidup dalam kelompok yang terpisah-pisah. Akibat
dari pemisahan tersebut telah memaksa masing-masing kelompok untuk menyusun dan
membentuk budaya sendiri-sendiri. Akhirnya di daratan Timor bagian timur muncul
berbagai macam bentuk kebudayaan, tetapi pada dasarnya dilatar belakangi oleh
akar budaya yang sama.
Dalam perkembangannya, masing-masing kelompok masyarakat
tersebut saling membentuk tatanan-tatanan yang mengatur kehidupan mereka
sendiri-sendiri di dalam suatu bentuk pemerintahan sederhana berupa
kerajaan-kerajaan kecil. Tiap-tiap kerajaan biasanya dipimpin oleh seorang
penguasa (raja/liura). Tugas pokok dari seorang pemimpin kerajaan adalah
menciptakan suatu kondisi kehidupan seperti yang dikehendaki bersama, misalnya
kehidupan yang aman, adil, makmur. Tetapi dengan masuknya unsur kebudayaan
asing (pemerintah Portugis), maka kehidupan yang sebelumnya dianggap sudah
mapan kemudian mengalami perubahan yang sangat drastis. Apalagi setelah adanya
campur tangan asing dirasa sangat merugikan rakyat, situasi seperti ini yang
pada akhirnya menimbulkan munculnya pemberontakan-pemberontakan.
2.3.2 Bentuk Ekonomi Timor
Timur
Timor Timur mengharapkan bisa mengeksploitasikan minyak bumi di
Celah Timor (Timor Gap), namun sepertinya sulit untuk mendapatkan pendapatan
devisa yang besar di Celah Timor karena Australia telah mengiming-imingi Timor
Timur dengan pengelolaanya dan Australia mendapatkan hasil eksploitasinya
sebesar 80% dan sisanya diberikan ke Timor Timur. Australia juga telah
menghalang-halangi Timor Timur untuk dapat menguasai Celah Timor secara penuh,
dengan cara mengulur-ulur penyelesaian perbatasan kedua negara.
Walaupun
telah merdeka, Timor Timur masih sangat tergantung dengan pasokan barang-barang
dari Indonesia mulai dari sembako sampai bahan bakar minyak (BBM) terutama
melalui provinsi Nusa Tenggara Timur. Australia pernah mencoba menguasai
distribusi barang-barang kebutuhan sehari-hari tapi gagal karena terlalu mahal
dan kurang dikenal rakyat Timor Timur. Selain amat tergantung secara politik
kepada mantan penjajah Portugal, Timor Timur mengadopsi mata uang dolar Amerika
Serikat sebagai mata uang yang mengakibatkan daya beli rakyat jauh menurun
dibandingkan ketika masih menjadi provinsi Indonesia.
BAB
3
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Republik Demokratik Timor Leste (juga disebut Timor
Lorosa'e), yang sebelum merdeka bernama Timor Timur, adalah sebuah negara kecil
di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor. Timor Leste secara
resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya bernama Provinsi Timor
Timur, ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama
Portugis "Timor Leste" Leste : Kerajaan Amanatun, kerajaan Luca, dan
kerajaan Wehali. Secara
administratif Timor Leste dibagi menjadi 13 distrik, 65 subdistrik, 442 sucos
(desa), dan 2.225 aldeias.
3.2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan
yang telah dikemukakan di atas dipandang perlu untuk memberikan saran dan
kritik kepada penulis selanjutnya yaitu supaya mengembangkan makalah. Penulis
juga sangat menyadari akan segala kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
“Provinsi Nusa Tenggara Timur”,
tersedia di www.docstoc.com, data diunduh pada 6 November 2012.
5.
“Kerajaan Amanatun”, tersedia di
www.wikipedia.com,
0 komentar:
Post a Comment