Telusuri artikel, makalah dan kisah sejarah

Wednesday, 13 March 2019

Mengungkap Kebohongan dibalik Sejarah Syekh Siti Jenar

Keberadaan Syekh Siti Jenar yang selalu dikaitkan dengan pemahaman konsep ketuhanan yang dianggap menyimpang dari pemahaman 9 wali atau yang biasa kita kenal Wali Songo selalu menarik untuk diulas. 


Baru-baru ini seorang cendekiawan muslim Banyuwangi, KH. Shohibul Faroji Al-Robbani, mengungkapkan 5 fakta yang membantah mitos kekeliruan tentang pemahaman Syekh Siti Jenar selama ini. 

  • Berasal dari cacing
Shobil Faroji berpendapat bahwa ini adalah sejarah bohong. Sejarah ini tentu saja sangat bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Ditambah lagi tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari cacing.
Terdapat sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat Jati menceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) berasal dari cacing.
“Itu salah! Bertempat tinggal di Desa Lemah Abang, sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata,” jelasnya.
  • Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti
Mengenai ajaran Manunggaling Kawulo Gusti yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah adalah sebuah kebohongan besar, tidak berdasar alias ngawur. “Fana’ wal Baqa’ merupakan kalimat yang digunakan Syekh Siti Jenar, dimana artinya adalah segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah. Sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti, yang mana istilah tersebut berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa.
  •  Meninggalkan sholat dan puasa
Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantah pendapat sejarah yang mengatakan bahwa Syekh Siti Jenar meninggalkan sholat, puasa ramadhan, dan haji. Seraya berkata,
“Selama 9 tahun saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal syari’at Islam sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar sangat jauh lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah sedikitpun bibirnya berhenti berdzikir ‘Allah, Allah, Alla…’ dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jumat” bela Syaikh Burhanpuri pada gurunya.
  • Mayat Syekh Siti Jenar berubah menjadi anjing 
Berita keempat adalah tentang kematian Syekh Siti Jenar yang dibunuh oleh Wali Songo dan mayatnya berubah menjadi anjing. 
Hal ini dibantah oleh Shohibul Faroji  “Ini merupakan suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh teramat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis yang menuliskan seperti itu, berarti dia tidak bisa berfikir jernih." 
"Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun,seorang manusia itu lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka dari itu saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama, kiai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka menyebutkan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di pengimaman Masjid Agung Cirebon setelah sholat Tahajjud. Dimana pada saat itu para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh,“ terang Shohibul Faroji.
  •  Syekh Siti Jenar dibunuh oleh sembilan wali
Fakta terakhir adalah tentang cerita bahwa Syekh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali merupakan sebuah kebohongan yang tidak memiliki literatur primer. Cerita tersebut hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron.
“Wali Songo adalah julukan untuknsembilan wali penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Telah diajarkan dalam Maqaashidussyarii’ah, bahwa sesungguhnya Islam itu memelihara kehidupan serta dilarang untuk membunuh seorang jiwa mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Sangat tidak mungkin sembilan waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Sungguh idak bisa diterima akal sehat,” tegas Shohibul Faroji membantah beberapa fakta yang selama ini keliru dipahami oleh banyak masyarakat tentang Syekh Siti Jenar.
Diyakini bahwa penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia, Azyumardi Azra adalah ulah penjajah Belanda untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera (Politik Pecah Belah) menjadi tiga kelas menurut Azyumardi Azra, yaitu kelas santri yang diidentikkan dengan 9 Wali, kemudian yang kedua adalah kelas Priyayi  yang diidentikkan dengan Raden Fattah dan Sultan Demak. Serta yang terakhir kelas Abangan yang diidentikkan dengan Syekh Siti Jenar.

Demikianlah artikel mengenai mengungkap kebohongan dibalik sejarah Syekh Siti Jenar. Semoga setelah membaca artikel ini kita tidak termasuk kedalam golongan yang mempercayai fitnah penjajah Belanda yang ingin memecah belah umat Islam di indonesia. 

0 komentar:

Post a Comment