Penculikan
dan terus Pembunuhan para Jenderal di Lubang buaya bukan tanpa sebab.Dikarenak an
pada masa itu setelah pemilu tahun 55 PKI ingin membentuk angakatan ke 5 yaitu
buruh tani yg dipersenjatai, tentu saja hal tersebut di tolak oleh Panglima
ABRI. Nah oleh karena itu mereka merasa di halang-halangi oleh AD. Makanya mereka
menyingkirkan terlebih dulu yang menghalangi mereka, setelah itu maksud mereka dengan
anggapan gampang Soekarno di pengaruhi karena waktu Soekarno dalam kondisi sakit.
Target
pertama propaganda media massa adalah RRI yang waktu itu menjadi sarana
komunikasi monologal yang primer. Sepanjang hari Jumat, 1 Oktober 1965, RRI
beberapa kali menyiarkan pengumuman dari Untung cs yang masing-masing cuma
berselang beberapa jam. Pukul 07.00 ada siaran tentang tindakan yang diambil
terhadap Dewan Jenderal. Kemudian pukul 09.00 ada siaran lagi tentang
pembentukan Dewan Revolusi. Pukul 13.00 muncul berita dari Brigjen Sabur bahwa
Presiden Soekarno dalam keadaan selamat. Tiga empat jam kemudian, muncul lagi
berita tentang keputusan kenaikan pangkat militer yang turut serta dalam G30S.
Dan setelah magrib, ketika RRI sudah dikuasai RPKAD, gantian Soeharto yang 'mengudara'
untuk menenangkan masyarakat sembari mengabarkan bahwa dirinya mengambil alih
komando AD.
Baca juga : P-51 MUSTANG dan DH-115 VAMPIRE AURI
Pemberitaan
sepotong-sepoto ng mirip 'breaking news' itu sebetulnya cukup
'questionable'. Mengapa Untung dan Dewan Revolusinya tidak mengumumkan
terlaksananya G30S, Pengumuman Dewan Jenderal, pemberitaan bahwa Presiden
Soekarno dalam keadaan aman, tidak dalam satu paket berita? Bisa saja,
pemberitaan yang sepotong-sepoto ng itu memang untuk membuat masyarakat
bingung, dan terpaku di depan radio masing-masing untuk mendengarkan
perkembangan situasi berikutnya. Dengan demikian, kelompok 'putsch' dapat
melancarkan skenario yang telah dipersiapkan.
Hari-hari
berikutnya, tampak jelas media massa cetak di tanah air berada dalam genggaman
Soeharto. Berita-berita penganiayaan para Jenderal di Lubang Buaya, tentu saja
merupakan konsumsi pers yang paling disukai. 'Hot News' semacam itu, apalagi
dikemas seiring dengan opini publik yang dibentuk mirip dengan bola salju,
pasti akan membuat koran manapun menjadi 'best-seller'.
Kalau
benar institusi pers telah menjadi alat propaganda, apa keuntungan yang
diharapkan Mayjen Soeharto dan kawab-kawan? Tentu, pers dimaksudkan sebagai
pembentuk opini publik. Kalau sudah tercipta, berarti tinggal mendesak Presiden
Soekarno untuk membubarkan PKI. Ketika Presiden Soekarno terjebak dalam
ambiguitas atau sikap yang mendua, Mayjen Soeharto tidak segan-segan mengambil
inisiatif sendiri misalnya, tampak pada sikap penolakannya terhadap
pengangkatan Presiden Soekarno atas Mayjen Pranoto sebagai pimpinan AD.
0 komentar:
Post a Comment